Kamis, 29 Desember 2016

Komodor Udara Dewanto, Pilot Terbaik TNI AU

Namanya jadi legenda setelah menembak jatuh pesawat B-26 Invader yang dipiloti pilot bayaran CIA di langit Ambon .
Dewanto terbang rendah, saat pandangannya tertuju ke konvoi kapal ALRI, sekelebat dilihatnya pesawat musuh B-26 Invader AUREV. Pesawat tersebut ternyata tengah melaju untuk menyerang ke arah konvoi kapal ALRI tersebut. Dewanto terbang mengejar dan beruntung bisa menempatkan diri persis berada di belakang B-26 tersebut. Walau sempat ragu karena posisi musuh tepat antara kapal dan dia, Kapten Dewanto segera menembak dengan roketnya, tapi meleset yang kemudian disusul dengan tembakan 12,7 mm, karena tembakan rentetan dan jaraknya sudah lebih dekat kemungkinan kena lebih besar. Alhasil, B-26 yang diterbangkan seorang serdadu bayaran bernama Allen Lawrence Pope beserta juru radio Hary Rantung (bekas AURI), terbakar dan tercebur ke laut. Posisi jatuhnya pesawat B-26 tersebut pada koordinat 03.40 LS dan 127.51 BT. Dewanto yakin peluru 12,7 mm nya mengenai sasaran, hal ini dikuatkan dengan adanya asap yang mengepul keluar dari badan pesawat. Sementara dua awak pesawat B-26 kelihatan meloncat menggunakan parasut. Sewaktu berusaha mendarat payung Allen Pope menyangkut di pohon kelapa di Pulau Tiga, ketika hendak turun dari pohon kelapa ia terhempas ke batu karang sehingga kakinya patah dan badannya luka-luka.
Dialah Komodor Udara Ignatius Dewanto, salah satu pilot terbaik Angkatan Udara. Sebagai sosok yang dikenal pemberani, Dewanto ahli menerbangkan pesawat pemburu P-51 Mustang.

Dia juga yang berjasa mencegah pertempuran antara TNI AU dan RPKAD yang akan memasuki Lanud Halim Perdanakusuma.
Sayang, perubahan politik di era 1965 mengubah jalan hidupnya. Tanpa alasan jelas, kubu Soeharto memaksanya mundur dari jabatannya sebagai perwira tinggi TNI AU.
Deputi Operasi Menpangau. Dewanto ikut dibersihkan lebih karena posisinya. Sebagai Deops Menpangau, dialah pengendali lapangan TNI AU ketika terjadi Gestok. Reaksinya dianggap melindungi pro Untung yang berkumpul di Halim. Setelah ditahan dan dicopot dari dinas militer, Dewanto sempat terlunta-lunta menjadi sopir truk dan terakhir pilot partikelir. Ia tewas saat terbang dengan pesawat sipil di Sumatera. Di lingkungan TNI AU, nama Dewanto harum karena dialah penembak pesawat Alan Pope yang memicu berakhirnya pemberontakan Permesta
Selepas dari TNI AU, untuk bertahan hidup Dewanto menjadi sopir truk. Sungguh ironis, seorang penerbang terbaik dan Marsekal TNI AU harus menjadi sopir truk.
Pada tahun 1970, Dewanto diterima bekerja sebagai pilot pesawat sipil. Dia menerbangkan Piper PA-23 Aztec milik SMAC dari Medan ke Aceh. Karena kerusakan mesin, pesawat tersebut jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya termasuk Dewanto.